Semakin Dekat Dengan Yaman
Pengajian rutin tiap Jum’at yang diasuh Habib Taufiq bin Abdul Qodir Assegaf, terasa lebih istimewa dari biasanya. Sore itu jamaah tengah menanti kedatangan seorang ulama besar dari Hudaidah, sebuah kota di negeri Yaman. Beliau adalah rektor Universitas Darul Ulum Assyariah Hudaidah Yaman. Menjelang pembacaan doa Maulid Habsyi, ustadz Taufiq, demikian sapaan akrab beliau mengumumkan bahwa tamu istimewa ini sudah dalam perjalanan menuju Pasuruan. Tepat setelah maghrib, ketika pengajian sudah siap dimulai, dari arah barat kediaman ustadz Taufiq, datanglah al-Syekh al-Alamah Muhammad Ali Yahya Salim Shalah Al-Hadrami Al-Mur’i. Beliau datang beserta rombongan di antaranya dari pesantren Darul Lughah wa Da’wah Raci dan beberapa habaib baik dari Yaman dan dari Jakarta.
Kedatangan beliau disambut dengan hangat oleh Habib Taufiq dan para ulama serta habaib yag hadir saat itu. Syekh kemudian dipersilahkan duduk di podium yang sudah disediakan. Karena datang dari arah sebelah barat, hadirin tidak sempat berebut salaman. Tidak lama berselang beliau memberikan tausiyah kepada hadirin.
Dalam tausiyahnya yang disampaikan kurang lebih selama satu jam itu beliau memaparkan bagaimana sikap kita dalam menghadiri maulid-maulid Nabi Muhammad SAW. Ulama yang sekaligus penasehat Presiden Yaman itu menuturkan bahwa yang perlu kita perhatikan adalah bagaimana kita memusatkan pikiran kita pada tiap bagian dari pembacaan maulid tersebut. Jangan memikirkan yang lain, karena kita tengah mengenang Nabi SAW. Kenapa engkau selalu ada kesibukan ketika ada maulid Nabi, sedangkan di dalamnya ada qasidah dan nasyid. Sungguh sesuatu yang tidak pantas. Ketika kita tengah membaca maulid Nabi SAW seakan-akan kita tengah berada dalam suatu taman, di mana kita keluar dalam keadaan gembira, ruh-ruh kita menjadi gembira karena mendengar qasidah dan nasyid. Disebutkan oleh Syekh Abu Muroyyib, “bahwasa qasidah-qasidah yang diucapkan menurut Thariqah Sadziliyah adalah bisa membawa kita dalam kemajuan dalam berfikir dalam memuji Nabi kita Muhammad SAW.” (selengkapnya baca rubrik Mimbar !).
Setelah memberikan tausiyah dilanjutkan dengan shalat isya’ berjamaah. Selepas berjamaah Isya’, ulama yang lahir di Hudaidah tahun 1945 ini mengadakan dialog seputar masalah fiqhiyah dengan para ulama Pasuruan. Tidak kurang dari 30 orang kiai pengasuh pondok-pondok pesantren di Pasuruan, hadir dalam acara ini. acara dialog yang berlangsung hingga pukul 21.30 WIB ini membahas beberapa persoalan fiqih di antaranya masalah kesucian air, masalah wajibnya shalat jum’at bagi beberapa golongan dan masalah pelaksanaan qishas bagi anak-anak. Acara berjalan hangat. Para ulama dan habaib yang hadir tidak hanya mendengarkan tapi juga memberikan pandangan-pandangan hukmiyah.
Syekh Muhammad Ali Yahya Salim Mur’i ini hadir ke Sunniyah Salafiyah dalam rangkaian kujungannya ke Indonesia. Dalam kunjungannya ke Pasuruan kali ini, Syekh juga berkunjung ke Bupati Pasuruan, H. Yusbakir Djufri di Pendopo Kabupaten Pasuruan.
Siapakah Beliau ?
Beliau adalah ulama yang dilahirkan di Hudaidah (Yaman) pada tahun 1945. Ia tumbuh sebagai anak yatim. Sedang ibunya dikenal ahli membaca al-Qur’an. Setelah masa belajar di Yaman selesai, beliau berangkat menuju Hijaz. Beliau mengambil sanad-sanad ilmu hadits, juga ilmu yang lainnya.
Sudah banyak ulama yang lahir di bawah bimbingan beliau. Banyak pula dari mereka yang berdakwah di berbagai penjuru negeri.
Banyak sekali bidang kegiatan yang beliau lakukan. Beberapa kegiatan yang dilakukannya adalah Ketua Perkumpulan Ulama Yaman cabang Hudaidah, salah satu pendiri RS. Jiwa Darussalam di Hudaidah. Syekh ini juga pernah berkali-kali terpilih sebagai anggota dewan kota. Yang terakhir saat ini beliau menjabat sebagai Ketua Universitas Darul Ulum Syarat, disamping sampai sekarang menjadi penasehat Presiden Yaman.
Satu hal yang menarik dari negeri Yaman adalah di sana pendidikan dilaksanakan gratis untuk seluruh warga. Di Universitas Darul Ulum Syariat saja tercatat 3000 santri. Semua santri dicukupi kebutuhannya oleh lembaga dan pemerintah.
Menarik pula untuk dicatat bahwa Universitas Darul Ulum Syariat ini juga memberikan kesempatan pada muslimin Indonesia untuk belajar di sana. Tentunya dengan fasilitas beasiswa dan segala kemudahan lainnya. Pihak universitas mensyaratkan minimal calon pelajar telah lulus Madrasah Aliyah, SMU atau yang sederajat.
Jika Anda berminat Anda bisa menghubungi perwakilan Universitas Darul Ulum di Indonesia. Berikut ini beberapa alamat yang bisa dihubungi :
Ponpes Darul Lughah Wadda’wah, Bangil Jawa Timur telp. 0343-741200, HP. 081331833000. Bogor di Ponpes Al-Ihya, KH. Muhamamd Thamrin, telp. 0251-630132, HP. 08129060605. Cirebon, H. Hasan al-Jufri, Jl. Laga Satru No.56/193 telp. 0231-23720. Luar Jawa, di Pontianak HP. 081345106153. Banjar bisa menghubungi Ustadz Mulkani HP. 08195461167. Lombok Barat, Ustadz Ma’arif HP. 08175787216. Lombok Tengah bisa menghubungi ketua Cabang NU Lombok Tengah, Ustadz. HM. Shaleh Talis HP. 081933165047.
Universitas Darul Ulum kini juga telah menyesuaikan diri dengan perguruan tinggi lainnya seperti Universitas Al-Azhar yang ada di Mesir. Telah dilengkapi dengan fasilitas dan metode baru sesuai dengan perkembangan yang ada, dengan tetap memegang nilai-nilai lama yang masih relevan.
Syeikh Muhammad sendiri selaku ketua universitas memusatkan perhatiannya pada persoalan pendidikan dan prilaku santri. M. Nawawi