Kembalinya Fitrah dalam Pandangan al-Qur’an (QS ar Rum: 30)

فأقم وجهك للدين حنيفا  فطرت الله التي فطر الناس عليها  لا تبديل لخلق الله  ذلك الدين القيم ولكن أكثر الناس لا يعلمون

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (QS al-Rum: 30)

Ayat di atas merupakan perintah Allah agar umat manusia selalu memegang fitrah. Secara etimologis, fitrah (dalam bahasa Arab) bisa diartikan penciptaan, naluri, insting, watak, natural, asli, alami dan semacamnya.

Jika dikaitkan dengan manusia, secara etimologis, fitrah bisa diartikan pembawaan atau naluri asli yang melekat pada diri manusia sejak ia lahir (natal) atau bahkan sebelum lahir (pranatal). Para filosof dan pakar psikologi berbeda pendapat mengenai naluri asli manusia. Ada yang berpendapat bahwa naluri asli manusia adalah tabularasa. Artinya, hati, pikiran dan watak manusia pada saat lahir berada dalam keadaan kosong, seperti kertas putih yang bisa ditulisi dan diwarnai apa saja.

Adapula filosof yang berpendapat bahwa pembawaan asli manusia tidak kosong, tidak seperti kertas putih, tapi ada bakat dan watak-watak tertentu yang sudah dibawa semenjak lahir. Inilah yang menurut mereka disebut fitrah.

Islam, tentu, memiliki pandangan yang berbeda dengan para filosof itu mengenai fitrah.  Mengenai apa fitrah itu sebetulnya ulama masih berbeda pendapat. Tapi, menurut pendapat terkuat yang didukung oleh Abu Abdillah al-Qurthubi dalam tafsirnya, fitrah itu adalah agama Islam. Permbawaan asli manusia (fitrah penciptaan) adalah beragama tauhid atau menyembah Allah yang Maha Esa. Allah berfirman:

واذ أخذ ربك من بني أدم من ظهورهم ذريتهم وأشهدهم على أنفسهم ألست بربكم قالوا بلى شهدنا

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku Ini Tuhanmu?” mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi” (al-A’raf: 72).

Allah juga berfirman:

وما خلقت الجن والإنس الا ليعبدون

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku (al-Dzariyat: 56).

Jadi, manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. Jika ada manusia yang tidak beragama tauhid, maka hal itu sudah keluar dari pembawaan aslinya. Mereka tidak beragama tauhid itu disebabkan oleh pengaruh lingkungan. Rasulullah saw bersabda:

ما من مولود الا يولد على الفطرة (في رواية على هذه الملة). أبواه يهودان وينصران ويمجسان

Tidak ada seseorang yang dilahirkan kecuali dilahirkan dalam fitrah (dalam sebuah riwayat disebutkan: dalam agama ini) . Kedua orang tuanya yang membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi (HR. Muslim dari Abu Hurairah)

Al-Qurthubi menyebutkan bahwa Abu Umar, Ibnu Athiyah, Abu al-Abbas dan ulama-ulama ternama lainnya menyatakan bahwa menurut pendapat yang bisa dijadikan pegangan, fitrah itu adalah naluri asli bayi yang dipersiapkan untuk membedakan ciptaan-ciptaan Allah sebagai petunjuk untuk mengenal Tuhan, mengetahui syariat dan mengimani-Nya. Namun, dalam realitasnya naluri ini banyak tertutup dan terhalang oleh berbagai hal sehingga ada manusia yang hidup kafir dan tidak percaya kepada Tuhan.

Seandainya bayi itu dibiarkan, tanpa diganggu oleh doktrin apapun, maka ia akan tumbuh sebagai seorang yang bertauhid atau beriman kepada Allah SWT. Dengan naluri dan pikiran yang ia miliki, digunakan untuk merenungkan gejala alam di sekitarnya, maka ia akan memiliki keyakinan bahwa ada kekuatan tak terbatas yang menciptakan semua ini, yakni Tuhan. Jika dilanjutkan renungannya, maka ia akan sampai pada kesimpulan bahwa Sang Maha Pencipta atau Tuhan itu tidak ada yang bisa menandingi, Maha Esa, tidak berawal dan tidak berakhir.

Karena fitrah atau pembawaan asli manusia itu adalah beriman kepada Allah, maka anak-anak kecil (belum baligh) bila mati, maka dipastikan masuk surga, baik anak-anak orang muslim atau orang kafir. Sebab, sebagaimana difirmankan oleh Allah dalam surat al-A’raf: 72 di atas, umat manusia sebelum mereka terlahir ke dunia semuanya pernah berjanji kepada Allah untuk menyembah-Nya. Jika setelah terlahir mereka mati sebelum baligh maka tidak bisa disebut melanggar perjanjian.

Dalam hadits riwayat al-Bukhari dari Samurah bin Jundab disebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda: “… Adapun laki-laki tinggi yang berada di Raudhah itu adalah Ibrahim as. Sedangkan bocah-bocah di sekitarnya adalah semua anak-anak yang dilahirkan dalam fitrah.” Samurah berkata: Lalu ada yang bertanya: “Wahai Rasulullah, dan juga anak-anak orang-orang musyrik.” Rasulullah saw bersabda: “Dan anak-anak orang-orang musyrik”.

***

Selain bermakna agama tauhid atau Islam, adapula ulama yang berpendapat bahwa fitrah adalah permulaan penciptaan yang telah ditentukan oleh Allah SWT. Maksudnya adalah takdir Allah terhadap orang itu sejak semula, apakah ia termasuk orang yang selamat atau celaka, masuk surga atau neraka.

Adapula yang berpendapat bahwa fitrah artinya adalah agama Islam. Namun, ayat dan hadits fitrah di atas tidak ditujukan untuk seluruh manusia, tapi hanya orang-orang mukmin. Bila ditujukan untuk seluruh manusia, maka tidak sesuai dengan kenyataan, sebab dalam kenyataannya manusia tidak seluruhnya mukmin.

Semua pengertian fitrah yang telah diungkapkan oleh para ulama tidak ada satupun yang menyatakan bahwa pembawaan asli manusia tidak memiliki kecendrungan, tabularasa, kosong, tidak ke kanan atau ke kiri. Menurut pendapat yang paling kuat, manusia sejak lahir sudah memiliki komitmen untuk menjadi muslim, tapi lingkunganlah yang membuat dia melupakan (melanggar) komitmen primordialnya.

Maka, tidak heran jika hari raya bulan Syawal disebut Idul Fitri. Ada ulama yang mengartikan kata id dengan aud (kembali). Sedangkan kata fitri memiliki akar kata yang sama dengan kata fitrah yang berarti agama Islam. Jadi, Idul Fitri bisa diartikan kembalinya kesucian agama Islam tanpa tercampur apapun setelah seseorang dengan sukses menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

RSS
Telegram
WhatsApp