PARA WALI DI BALI
Apa yang terpikir oleh kita jika pulau Bali disebut ? dalam edisi No. 26 Dzulhijjah 1425 H atau bertepatan dengan bulan Pebruari 2005 Cahaya Nabawiy (CN) menurunkan liputan tentang eksotis Islam Bali dalam rubrik Rikhlah dan Akhbar. Kali ini, CN ingin mengajak kemBali para pembaca untuk “ziarah” kepada para penyebar Islam di Bali.
Layaknya mutiara terpendam, khazanah Islam Bali menyimpan eksotika tinggi. Jika Anda Jika punya hobi berziarah ke makam-makam Auliya, cobalah berpetualang di pulau Bali. Daerah yang khas Hindu ini ternyata banyak terdapat makam-makam tokoh-tokoh Islam Bali yang kemudian lebih dikenal wali-wali (auliya”) Bali. Keberadaan makam-makam itu tersebar hampir di seluruh daerah di Bali. Mulai dari daerah pesisir hingga daerah pedalaman dan pegunungan. Penyebaran keberadaan makan ini menunjukkan bahwa penyebaran Islam di pulau Bali sudah lama dan merambah ke seluruh daerah. Seperti keberadaan sejarah Islam pada umumnya, Islam di Bali pun banyak berasimilasi dengan kondisi budaya dan masyarakat setempat. Bahkan dari beberapa makam menunjukkan adanya hubungan yang erat keberadaan ulama penyebar Islam dengan kerajaan-kerajaan setempat. Saat itu memang sudah ada hubungan antar kerajaan-kerajaan di Jawa dengan beberapa kerajaan di Bali terutama dalam bidang perdagangan.
Upaya memperkenalkan keberadaan wali-wali di Bali sudah banyak dilakukan. Namun harus disadari bahwa ini bukan hal yang mudah. Apalagi mengingat Bali lebih dikenal sebagai daerah wisata dengan ciri khas agama dan budaya Hindu. Seperti halnya upaya mulia yang dilakukan Kiai Toyib Zaen Arifin, pengasuh pesantren putri al-Khoiriyah Waru Sidoarjo-Jawa Timur. Beliau bersama muslimin Bali berjibaku untuk mencari makam wali-wali yang ada di Bali.
Selain sebagai pengasuh pesantren al-Khoiriyah Kiai Toyib pada tahun 1991, Kiai Toyib Zaen Arifin mendirikan dan membina Jam’iyyah Manaqib yang bernama Jam’iyyah Akhlakul Hasanah Jam’iyah Manaqib Al-Jamali di Denpasar-Bali. Amalan Jam’iyyah ini adalah membaca surah Yasin dan tahlil dilanjutkan membaca manaqib Syeh Abdul Qodir al-Jaelani. Pada malam hari setelah acara tersebut dilaksanakan qiyamul lail dan istighostah. Setahun membina majlis ini, beliau mulai mencari makam-makam Auliya’ Bali.
Lalu siapa sajakah wali-wali Bali itu ?
Jumlah mereka sangat banyak, namun setidaknya ada beberapa tokoh penting yang bisa ditampilkan disini.
Keramat pantai Seseh
Beliau adalah Pangeran Sepuh atau Raden Amangkuningrat Putra Raja Mengwi ke I yaitu Ida Cokordo dari Ibu Blambangan (Banyuwangi) yang beragama Islam. Sejak kecil beliau dibesarkan bersama ibunya di Blambangan. Ketika dewasa beliau pergi ke Bali untuk menemui ayahanda, Raja Mengwi ke I. Raden Amangkuningrat dikenal sebagai seorang yang sakti mandraguna. Namun tetap rendah hati dan pemaaf. Terutama kepada musuh yang telah kalah dan menyerah.
Makam beliau sangat dikeramatkan oleh umat Islam dan umat Hindu. Letak makam tersebut tepatnya di Pantai Seseh desa Munggu kecamatan Mengwi Kabupaten Badung. Oleh karenanya maka ini terkenal dengan sebutan Keramat pantai Seseh. Makam ini terletak di daerah Tanah Lot berdampingan atau sejajar dengan Pura Agung.Uniknya, juru kunci makam ini adalah seorang pendeta yang mengabdikan diri untuk merawat makam tersebut. Dia adalah I Wayan Cain.
Syekh Umar bin Maulana Yusuf al-Maghribi
Makam beliau terletak di atas bukit Bedugul Bali. Orang setempat biasa menyebutnya makam Syekh Umar bin Maulana Yusuf al-Maghribi. Diyakini nasab beliau bersambung kepada Rasulullah Muhammad SAW. Untuk mencapai lokasi makam peziarah harus mendaki bukit yang cukup tinggi. Anak tangga yang masih asli dari tanah dan tidak adanya pegangan tangan atau pagar pengaman mengharuskan peziarah untuk ekstra hati-hati. Hingga saat ini kompleks makam tersebut masih dalam proses perbaikan agar lebih nyaman untuk peziarah. Maka untuk mengangkut pasir ke lokasi di atas bukit, setiap peziarah harus membawa dua kantong plastik pasir yang telah disediakan di bawah jalan naik ke makam tersebut.
Satu saat ketika penduduk sekitar makam berniat membangun makam sekadarnya, kepala dinas perhutani melarang pembangunan tersebut. Pembangunan pun dihentikan. Tidak lama kemudian diketahui bahwa petugas perhutani ini jatuh sakit. Beberapa orang dokter dari berbagai daerah didatangkan, tapi tetap tidak sembuh. Suatu malam petugas ini bermimpi, agar bisa sembuh dia harus meminta maaf kepada seluruh penduduk yang ikut gotong royong membangun makam tersebut.
Habib Ali bin Abu Bakar bin Umar al-Hamid
Makam beliau terletak di daerah Klungkung Bali di dekat pantai tidak jauh dari jalan raya menuju Goa Lawa Karangasem. Makam tersebut sangat dikeramatkan oleh umat Islam dan Hindu di Klungkung. Terbukti ketika renovasi makam, seluruh pekerjaannya dibantu umat Hindu. Sebagai monumen, di depan makam dibangun sebuah patung kuda dengan penunggang berjubah dan bersorban.
Semasa hidupnya beliau bekerja sebagai guru besar Raja Klungkung pada masa Dhalem I Dewa Agung Jambe sebagai guru bahasa Melayu. Oleh sang Raja beliau diberi seekor kuda sebagai kendaraan dari kediamannya di Kusamba menuju Klungkung. Suatu hari sepulang dari raja, di tengah jalan beliau berpapasan dengan sekawanan perampok yang menyerang beliau. Beliau wafat dengan beberapa luka di tubuhnya. Jenazah beliau dimakamkan saat itu juga di ujung Barat pekuburan umum desa Kusamba. Malam hari setelah pemakaman terjadi keanehan. Dari atas makam beliau keluar api yang menyala-nyala, membubung ke angkasa. Api tersebut bergerak kesana-kemari mencari kawanan perampok yang telah membunuhnya. Semuanya akhirnya tewas terbakar serta dikutuk sampai anak cucu keturunannya.
Habib Ali Zaenal Abidin al-Idrus
Habib Ali Zaenal Abidin al-Idrus wafat pada tanggal 9 Ramadlan 1493 H atau 13 Juni 1982 M. Makam beliau terletak di desa Bungaya Kangin-Karangasem. Juru kunci makam tersebut adalah Habib Mukhdlor. Beliau merupakan salah satu putra Habib Ali Zaenal Abidin al-Idrus.
Semasa hidupnya beliau menjadi tetua agama didaerahnya. Dikenal sebagai orang yang arif dan bijaksana. Murid-murid beliau tidak hanya dari Bali, beberapa diantaranya dari Lombok dan dari daerah lain.
Syekh Maulana Yusuf al-Baghdadi al-Maghribi
Tidak jauh dari makam Habib Ali Zaenal Abidin al-Idrus terdapat sebuah makam tua. Diatas makam itu tersusun batu bata merah, sangat tua dimakan usia dan tampak tidak terawat. Hampir tidak ada yang tahu makam siapa ini. Habib Mukhdlor menjaga makam tua tersebut meneruskan apa yang dilakukan ayahnya, Habib Ali Zaenal Abidin al-Idrus. Diketahui kemudian bahwa makam itu adalah makam Syekh Maulana Yusuf al-Baghdadi al-Maghribi. Diantara karomah yang dimiliki adalah, pada tahun 1963, gunung Agung meletus, makam tersebut sama sekali tidak tersentuh oleh aliran lahar panas, tidak terhujani batu dan pasir. Makam itu tetap seperti semula. Sementara banyak bangunan disekitarnya rusak.
Keramat Karang Rupit atau The Kwan Lie
Makam beliau terletak di tepi jalan raya dekat Pura Pura Agung Labuan Aji di desa Temukus kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng Singaraja. Juru kunci makam tersebut, Habib Muhammad Bin Ali al-Idrus, menerangkan bahwa makam ini terkenal dengan sebutan makam Keramat Karang Rupit. Makam itu sangat dihormati oleh umat Islam dan Hindu. Banyak dikunjungi orang terutama pada hari Rabu akhir (Rabu Wekasan). Juru kunci menerangkan bahwa Keramat Karang Rupit adalah makam seorang waliulllah berkebangsaan Tionghoa atau Cina. Dalam waktu yang cukup lama, misteri siapakah sebenarnya Waliullah keramat Karang Rupit ini akhirnya ditemukan bahwa nama asli Keramat Karang Rupit adalah The Kwan Lie.
Eksotika Islam Bali masih banyak menyimpah khazanah Islam lainnya. Juga masih banyak terdapat makam tokoh-tokoh Islam lainnya di Bali yang ertat kaitannya dengan sejarah tumbuh kembangnya Islam di Bali.
Wallahu a’lam.
Muhammad Nawawi