PONDOK PESANTREN YANBU’UL QUR’AN KUDUS

NAFAS DAN DETAK JANTUNG AL-QUR’AN

Jam menunjukkan pukul empat pagi. Suasana pesantren gemuruh oleh suara santri yang dengan khidmat nderes hafalan al-Qur’an. Nyaris tidak ada tempat yang tersisa. Terutama di depan rumah KH. Ulil Albab dan di makam KH. Arwani yang berada di sebelah timur kediaman KH. Ulil Albab. Tidak lama kemudian azan Subuh berkumandang. Selepas sholat Subuh, satu persatu santri menghadap ke KH. Ulil Albab untuk setor hafalan al-Qur’an. Sekitar pukul delapan pagi, setoran berakhir. Santri kembali ke kamar masing-masing dan melakukan kegiatan sehari-hari. Itulah suasana sehari-hari di Pondok Pesantren Yanbu’ul Qur’an Kudus.

Pesantren yang berada sekitar satu kilometer arah selatan masjid Menara Kudus ini didirikan oleh alm. KH. Arwani Amin Said. Tepatnya pada tahun 1942 setelah beliau nyantri di pesantren Krapyak Yogyakarta dibawah asuhan KH. Munawwir. Sebelum memiliki pesantren beliau sudah mengajar al-Qur’an di Masjid Kenepan. Juga mengajar Tafsir dan Hadits di masjid al-Aqsha Menara Kudus. Baru setelah pulang dari perjalanan Haji tahun 1969 beliau merintis mendirikan pesantren. Sejak awal berdiri Pesantren ini berorientasi pada menghafal al-Qur’an. Santri pertama berjumlah 45 orang yang menempati 6 buah kamar. Kemudian pada tahun 1978 didirikan pesantren puteri dengan jumlah santri pertama 33 orang.

Beliau dikenal sebagai seorang ulama besar terutama dalam bidang al-Qur’an dan Thariqah. Kealiman beliau dalam bidang ilmu Qur’an dapat dilihat dari kitab karya beliau Faidl al-Barakat fi Sab’i al-Qira’at, sebuah kitab yang akhirnya menjadi pegangan pokok bagi mereka yang ingin mendalami Qira’ah Sab’ah. Konon, kitab tersebut juga dikenal di Saudi Arabia. Diantara ulama yang pernah menjadi santri beliau adalah KH. Abdullah Salam (Kajen-Pati) dan KH. Sya’roni Achmadi (Kudus).

KH. Arwani dikaruniai dua orang putera yaitu KH. Ulinnuha dan KH. Ulil Albab. Ulama yang rendah hati ini wafat pada usia 92 tahun, tepatnya pada tanggal 25 Rabiul Akhir 1414 H bertepatan dengan tanggal 1 Oktober 1994 M. (tentang biografi beliau baca rubrik Sirah)

Sepeninggal beliau pesantren ini diasuh oleh dua putra beliau  yaitu KH. Ulinnuha untuk pesantren putri dan KH. Ulil Albab untuk pesantren putra. Serta dibantu oleh putra angkat KH. Arwani yaitu KH. Manshur MA. Dibawah asuhan tiga serangkai ini, pesantren berkembang pesat. Hingga saat ini jumlah santri putra 175 orang dan putri sebanyak 200 orang santri.

Sepulang dari Tanah Suci, KH. Ulinnuha berkeinginan mendirikan pesantren Tahfidhul Qur’an untuk anak-anak. Pada tahun 1986 pesantren Tahfidhul Qur’an anak dibangun. Hingga kini telah berkembang 10 unit pesantren yang menampung sekitar 186 orang santri. Didalam pesantren khusus anak juga didirikan jenjang pendidikan formal MI Tahfidhul Qur’an. Hingga pesantren anak-anak ini berhasil meluluskan 103 huffadh. 21 orang alumni melanjutkan keperguruan tinggi dan 3 diantaranya ke perguruan tinggi luar negeri seperti UII Kuala Lumpur Malaysia, Ummul Quro Makkah dan al-Azhar Kairo-Mesir.

Hingga saat ini, telah berdiri 7 jenis lembaga yang bernaung dibawah Yayasan Arwaniyyah Kudus ini. Ketujuh lembaga ini adalah Pesantren Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Putra (PTYQ) Dewasa didirikan tahun 1970 dengan jumlah santri 175 orang. Pesantren Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Putri (PTYQ) Dewasa didirikan tahun 1973 dengan jumlah santri 200 orang. Pesantren Tahfidh Anak-anak Yanbu’ul Qur’an (PTAYQ) didirikan tahun 1986 dengan jumlah santri 186 orang. (PTYQ). Ma’had Al-Ulum Syar’iyyah Yanbu’ul Qur’an (MUSYQ) Putra didirikan tahun 1990 dengan jumlah santri 197 orang. Ma’had Al-Ulum Syar’iyyah Yanbu’ul Qur’an (MUSYQ) Putri didirikan tahun 1993 dengan jumlah santri 156 orang. Pesantren Tahfidh Remaja Yanbu’ul Qur’an (PTRYQ) didirikan tahun 1997 dengan jumlah santri 66 orang. Pesantren Tahfidh Yatama Utsman bin Affan didirikan tahun 2002 dengan jumlah santri 12 orang. Jumlah keseluruhan santri adalah 992 orang. Adapun alumni Yayasan Arwaniyyah dari seluruh jenjang dan jenis lempaga pendidikan adalah sejumlah 1113 orang alumni.

Disamping menjadi pesantren khusus menghafal dan mengkaji ilmu-ilmu al-Qur’an, pesantren yang berada di Kajeksan Kelurahan 24 Kudus ini juga mempelajari beberapa kitab salaf seperti halnya pesantren pada umumnya. Yayasan Arwaniyyah juga memiliki Balai Pengobatan al-Fatah sebagai bentuk kepedulian pada bidang kesehatan.

Metode yang dijalankan Pesantren Tahfidh Yanbu’ul Qur’an adalah sebagai berikut :

Metode Musyafahah atau face to face ini bisa dilakukan dengan beberapa cara, guru membaca sedang santri mendengarkan, atau sebaliknya.

Metode Resitasi dilakukan dengan memberikan tugas kepada santri  untuk menghafal beberapa ayat atau halaman mushaf sampai benar-benar hafal untuk kemudian dibacakan di hadapan guru.

Metode Takrir adalah metode menghafal dengan cara mengulang-ulang, sebelum kemudian dibacakan dihdapan guru.

Metode Mudarasah adalah metode dimana semua santri menghafal secara begantian dan berurutan (estafet), satu santri menghafal didengarkan (disimak) oleh santri lainnya, dan seterusnya. Dalam praktiknya, metode mudarasah ini dilakukan dengan berbagai cara, yakni mudarasah per ayat, dan mudarasah per halaman (mushaf yang digunakan adalah ‘mushaf pojok‘, setiap sudut bawah akhir halaman ada awal ayat berikutnya) dan perempatan (per seperempat juz).

Muhammad Nawawi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

RSS
Telegram
WhatsApp