PONDOK PESANTREN AL-MUJTAMA’ PAMEKASAN
PESANTREN FORMAL dan NON FORMAL
WADAH PROSES PENGEMBANGAN DIRI
Saat itu, kondisi masyarakat semakin jauh dari nilai-nilai Islam. Masyarakat bertindak sewenang-wenang, kemaksiatan, keserakahan bahkan penindasan sesama saudara sudah menjadi pola hidup mereka. Pendidikan dan ajaran agama dianggap sebagai penghambat yang mempersempit kepuasan hidup duniawi. Kenyataan inilah yang menggugah kesadaran kalangan ulama untuk menyelamatkan umat dari kerusakan yang lebih parah. Inilah yang menjadi motivasi utama KH. Abdul Ghofur Syafi’udin, LC untuk segera membina dan mendidik masyarakat dengan mendirikan Lembaga Pendidikan dan Pondok Pesantren Al-Mujtama’. Tepatnya pada tanggal 15 Sya’ban 1407 H atau bertepatan dengan 12 Juli 1987 pesantren ini lahir.
Pesantren ini terletak di desa Plakpak kecamatan Pagentanan, 9 Km dari pusat kota Kabupaten Pamekasan-Madura. KH. Abdul Ghofur Syafi’udin memilih nama Al-Mujtama’ bukanlah tanpa maksud. Al-Mujtama’ berarti sosial masyarakat, atau umat. Beliau menginginkan pesantren yang dirintisnya benar-benar bermanfaat bagi masyarakat.
Hingga saat ini, Al-Mujtama’ memiliki lebih dari 1670 santri putra-putri. Mereka datang dari berbagai daerah di Jawa Timur. Juga ada beberapa santri dari negeri Jiran, Malaysia. 85 persen dari mereka menetap di asrama santri pesantren Al-Mujtama’. Jumlah santri tersebut terbagi dari beberapa jenjang pendidikan yang ada.
Lembaga pendidikan di Al-Mujtama terbagi menjadi dua kelompok, yaitu lembaga pendidikan formal dan lembaga pendidikan non-formal.
Selengkapnya lembaga-lembaga formal yang ada di Al-Mujtama’ adalah sebagai berikut. Raudhatul Athfal sebagai lembaga yang pertama kali berdiri pada tahun 1988. Lembaga ini kemudian berubah menjadi TKA / TPA pada tahun 1991. Sekolah Dasar (SD) tahun 1992 dan menjadi Sekolah Dasar Islam (SDI) tahun 1995 menggunakan system full day school. Madrasah Ibtidaiyah (MI) tahun 1992, Madrasah Tsanawiyah (MTs) tahun 1993.
MTs Al-Mujtama’ pernah menjadi kiblat pendidikan menengah di pesantren yang ada di Madura dengan sistem terpadu. Begitu juga dengan Madrasah Aliyah (MA) tahun 1996, dijadikan pedoman dalam pengembangan pendidikan formal untuk tingkat menengah atas untuk wilayah Madura. Pada tahun 1990 Al-Mujtama’ mendirikan Madrasah Diniyah Ula, Wustho dan ‘Ulya. Berlanjut pada Sekolah Menengah Pertama yang berdiri pada 2002, Tahfidzul Qur’an tahun 2002 dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) tahun 2003. SMK ini, meskipun baru berdiri namun sudah mampu menjalin kerjasama dengan home industri (usaha keluarga) yang bergerak dalam produk busana muslim di Surabaya.
Pada tahun pelajaran 2006–2007 ini, Lembaga pendidikan Al-Mujtama berencana mendirikan Sekolah Menengah Atas (SMA), Lembaga Bahasa Asing (LBA) Arab dan Inggris. Kemudian dalam rencana jangka panjang akan mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu KeIslaman dan Akademik.
Dalam perkembangannya sejak awal, al-Mujtama’ sukses memformulasikan sistem pendidikan dengan konsep al-Muhafadzatu ‘ala al-qadimi as-sholih wa al-akhdzu bi al-jadidi al-ashlah. Konsep ini dalam paradigma Al-Mujtama’ bermakna “kolaborasi sistem tradisional yang masih baik dengan formulasi baru yang lebih baik”. Formulasi ini dapat dilihat ketika Raudhatul Athfal (RA) sebagai lembaga pendidikan anak muslim di era 90-an dianggap kurang efektif dalam pengembangan anak didik. Maka, Al-Mujtama’ pada tahun 1991 menjadi pelopor di wilayah Madura dengan merubah RA menjadi Taman Kanak-Kanak Al-Qur’an (TKA) dan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA). Empat tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1995, TKA dan TPA Al-Mujtama’ menjadi duta Jawa Timur dalam Festival Anak Sholeh (FASI) di Istiqlal Jakarta dan meraih Juara Umum FASI Nasional.
Nilai tambah dalam model pendidikan Al-Mujtama’ adalah pesantren Al-Mujtama’ senantiasa membingkai sistem kurikulum dari dua arah sekaligus. Yaitu kolaborasi antara kurikulum Departemen Agama dengan Kurikulum Yayasan Al-Mujtama’ sendiri sebagai muatan lokal.
Adapun lembaga pendidikan non formal yang ada di pesantren Al-Mujtama’ meliputi lembaga kajian kitab-kitab klasik, lembaga Tahfidzul Qur’an, Markas Bahasa Asing (Arab dan Inggris) tahun 1998, lembaga informatika dan lembaga Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren). Lembaga Tahfidzul Qur’an didirikan pada tahun 2002. Hingga saat ini telah membina 77 huffadz putra putri yang diantaranya telah menyelesaikan tahfidz bil ghoib. Pada tahun 2004 sukses meraih juara Musabaqah Tahfidz Al-Qur’an remaja tingkat propinsi.
Lembaga informatika yang didirikan tahun 2001 ini bertujuan untuk mempersiapkan santri memahami teknologi informatika dengan keterampilan komputer, internet dan jurnalistik. Sedangkan Kopontren Al-Mujtama dengan nama Laatansa telah diformalkan di bawah Lembaga Ekonomi Departemen Koperasi. KH. Abdul Ghofur Syafi’udin berencana menjadikan Kopontren Laatansa menjadi lembaga program kajian Ekonomi Islam, Bait al-Maal dan Lembaga Permodalan Islam. Uniknya, lembaga yang secara formal menjadi yayasan pada tahun 1988 ini, selain dipimpin oleh KH. Abdul Ghofur Syafi’udin, juga terdapat 6 orang kiai. Al-Mujtama’ seakan ingin memberikan jaminan pendidikan dengan 68 orang ustadz dan 36 ustadzah. Dari jumlah tersebut 70 persen berpendidikan sarjana dalam negeri. 5 persen sarjana luar negeri. Sedangkan 25 persen lainnya adalah alumni Tarbiyatul Muallimin Al-Mujtama’.
YUNAN….. BAGIAN INI DIBUAT BAGIAN KHUSUS, WARNA BEDA DENGAN YANG PERTAMA, GITU LHO…!!!
Siapakah KH. Abdul Ghofur Syafi’udin ?
KH. Abdul Ghofur Syafi’udin adalah seorang ulama kharismatik putra dari KH. Ahmad Syafi’udin, pengasuh PP. Nurus Sholah desa Akkor Palengaan Pamekasan. Setelah dewasa Kiai Abdul Ghafur—demikian beliau biasa dipanggil—menjadi menantu KH. Abdul Majid Bakir bin Abdul Majid, pengasuh pondok pesantren Banyuanyar.
Perjalanan pendidikan yang ditempuhnya berbeda dengan kalangan putra seorang kiai Madura kala itu yang biasanya hanya berkonsentrasi pada pendidikan keagamaan saja. Kiai Abdul Ghafur memulai pendidikannya di Sekolah Dasar (SD). Kemudian melanjutkan ke tingkat Madrasah Tsanawiyah (MTs) selama 3 tahun dan melanjutkan ke Pendidikan Guru Agama (PGA) selama 4 tahun. Adapun pendidikan keagamaan beliau dalami di pondok pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata. Di pesantren yang didirikan oleh KH. Abdul Majid bin Abdul Hamid ini, beliau nyantri selama 9 tahun. Pendidikan formal beliau berlanjut ke Saudi Arabia dengan mengambil konsentrasi Tafsir Hadits pada Islamic University of Madinah tingkat Strata satu (S-1). Tidak hanya itu beliau juga mendalami Ilmu Dakwah pada jurusan Dakwah pada Rabitha al-Alam al-Islami Saudi Arabia.
Jiwa kepemimpinan Kiai Abdul Ghofur Syafi’udin sudah terlihat sejak beliau aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan seperti Persatuan Pelajar Islam Indonesia (PPII), Persatuan Mahasiswa Indonesia Arab Saudi, Persatuan Mahasiswa Nahdhatul Ulama dan Mahasiswa Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia. Dua organisasi terakhir yang sampai saat ini sering dianggap berbeda kutub, tapi tidak dengan pemahaman Abdul Ghafur muda. Beliau memaknai organisasi sebagai sebuah wadah proses pengembangan diri bukan sebagai perkumpulan dan kelompok-kelompok tertentu yang berujung pada fanatisme kelompok. Maka tidak heran jika sampai sekarang kiai yang pernah duduk di kepengurusan Rabitha al-Alam al-Islami ini tidak masuk pada sebuah ormas atau organisasi politik manapun.