DARUL LUGHAH WA AL-DA’WAH,BANGIL
Ponpes terbesar Yang Mengkhususkan Bahasa Arab dan dakwah
Ketika memasuki pesantren ini akan muncul dibenak kita suasana yang Islami dan sejuk. Para santri dan asatidz memakai seragam putih-putih, terlihat di salah satu sudut ada beberapa santri yang mengobrol dan bercakap-cakap dengan menggunakan bahasa ahli surga yaitu bahasa Arab. Suasana dan pemandangan seperti ini dapat kita lihat pada pesantren Darul Lughah Wa al-Da’wah (Dalwa) –Desa Raci kota Bangil Kabupaten Pasuruan.
Secara arti bahasa Darul Lughah Wa al-Da’wah (berasal dari bahasa Arab) memiliki arti Dar adalah rumah, Lughah maknanya adalah bahasa; sedangkan da’wah artinya menyeru atau mengajak. Makna dari nama ini, diharapkan pesantren tersebut dapat menjadi tempat untuk mendidik dan mencetak santri dalam bidang bahasa khususnya bahasa Arab, yang nantinya dijadikan bekal untuk menyebarkan Islam dan memberi ketauladanan dalam kehidupan atas dasar nilai Islam sebagaimana yang termaktub dalam misi dakwah pesantren Dalwa.
Muasis pesantren Dalwa adalah almarhumAl Habib Hasan bin Ahmad Baharun dan dibantu oleh Al Habib Ahmad bin Husin Assegaf pada tahun 1982. Ketika pertama kali merintis, santri hanya 6 orang yang semuanya adalah laki-laki. Kemudian pada tahun 1983 menerima santri putri yang berjumlah 16 orang.Keadaan ponpes awalnya berpindah-pindah tempat kontrakan sebanyak 11 kali kontrak rumah hingga tahun 1984. Hal ini dilakukan oleh dua pejuang Islam itu dengan ikhlas mengingat sangat minimnya fasilitas dan sarana dakwah.
Tahun 1985, atas petunjuk Musyrif Ma’had Dalwa al-Muhadits Sayid Muhammad Alwi al-Maliki, maka Pondok Pesantren Dalwa pindah ke sebuah desa yang masih jarang penduduknya dan belum ada sarana penerangan (listrik), dengan lahan kurang lebih 2 hektare. Jumlah santri waktu itu sebanyak 186 orang santri terdiri dari 142 orang santri putra dan 48 orang santri putri. Desa itu bernama Raci yang terletak di kecamatan Bangil, kabupaten Pasuruan, kira-kira perjalanan 20 menit berkendaraan motor dari alun-alun kota Pasuruan.
Saat ini lahan yang ada telah mencapai ± 4 hektare dan telah hampir terisi penuh oleh bangunan sarana pendidikan dan asrama santri. Dengan jumlah penghuni sekitar 1196 orang santri terdiri dari 868 orang santri putra dan 328 orang santri putri yang berasal dari berbagai penjuru daerah di Indonesia, serta juga dari negara-negara ASEAN dan Saudi Arabia. Tenaga pengajar dan masyaikh yang membina tidak kurang 90 orang yang merupakan alumni dalam dan luar negeri (Timur Tengah). Ditambah dengan pembantu pondok yang diikutkan belajar sebanyak 95 orang — terdiri dari 64 orang pembantu putra dan 31 orang pembantu putri.
Pelajaran yang diberikan kepada santri, merupakan materi yang terdapat dalam kitab-kitab kuning salaf yang telah diakui mu’tabar keshahihannya oleh pondok-pondok salaf Ahlussunnah wal Jama’aah di Indonesia. Alokasi waktu yang diberikan untuk materi atau pelajaran diniyyah (pondok) mulai dari jam 07.30 s/d 12.00 WIB. Untuk kegiatan tambahan yaitu: kegiatan olah raga dan senam pagi, dilaksanakan mulai jam 06.00 s/d 06.30 WIB. Kegiatan belajar tambahan (halaqah hadlromiyyah), setelah sholat Shubuh dari jam 04.30 s/d 05.30 WIB, setelah sholat Maghrib dari jam 18.00 s/d 19.15 WIB. Latihan pidato bahasa Arab dan bahasa Inggris setiap malam Senin setelah sholat ‘Isya’ (wajib untuk setiap santri) mulai dari kelas 4 Ibtida’iyah ke atas.
Habib Hasan memiliki cita-cita agar para santrinya mampu menjadi ulama yang intelektual, mampu menghadapi berbagai persoalan jaman. Berangkat dari semangat dan cita-cita tersebut maka Al Habib Hasan bin Ahmad Baharun mendirikan MI, MTs, MA dan STAI (Sekolah Tinggi Agama Islam). Para santri pun diwajibkan untuk masuk ke sekolah yang didirikan beliau tersebut.
STAI Dalwa membuka program Strata Satu (S-1) yang diselenggarakan melalui sistem kredit semester (SKS) mencakup dua bidang keahlian: Jurusan Syari’ah Program Studi Ahwal Al Syakhshiyyah dan jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam.
STAI Dalwa diasuh dan dibina oleh tenaga-tenaga dosen tetap dan dosen PTN (IAIN dan Universitas) dengan kualifikasi S2, S3 dan guru besar yang memiliki reputasi dan profesional di bidangnya masing-masing, terdiri atas alumni luar dan dalam negeri. Sedang materi-materi khusus yang meliputi mata kuliah bidang Pendidikan Diniyah, Studi keislaman serta materi-materi lokal lainnya diasuh oleh tenaga pengajar senior Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah, alumni berbagai pondok pesantren dalam dan Timur Tengah (Makkah, Madinah, Yordan, Mesir dan Yaman).
Ustaz Hasan Ahmad Baharun sebelum wafat memiliki proyek yang belum selesai, yaitu yang pertama asrama anak-anak yatim dan kedua ponpes khusus anak-anak kecil (dasar). Oleh karena itu Ustad Zainal Abidin Baharun (penerus Habib Hasan Baharun) membangun lagi sebuah pesantren yang akan digunakan sebagai pesantren yang menampung anak-anak kecil Madrasah Ibtidaiyah. Pesantren Anak-anak ini siap diresmikan, dan akan merupakan pondok anak-anak paling mewah. Karena selain dilengkapi taman bermain, Pondok Dalwa yunior ini akan dilengkapi komputer dan game lainnya yang bernafaskan pendidikan Islami.
Secara umum fasilitas Dalwa sudah sangat memadai, di sana terdapat laboratorium bahasa (Arab dan Inggeris), perpustakaan, poliklinik, wartel, percetakan, koperasi dan pusat komputer. Sebagai lahan pelatihan untuk dakwah bil-kitabat maka terdapat majalah Al-Bashiroh yang diterbitkan oleh santri. Meskipun masih sederhana majalah ini sudah online di internet, berlomba-lomba menyeru manusia pada kebajikan. (ES)