“Pendekar” Ilmu Al-Qur’an dari Singosari

Wawancara dengan KHM. Bashori Alwi

KHM. Basori Alwi merupakan sosok praktisi dunia pendidikan yang profesional dan berpengalaman. beliau adalah seorang pakar Al-Qur’an karena keistiqomahannya dalam mengajar dan mendakwahkan Qur’an. Bersama dua Qari’ nasional Ustadz Abdul Azis Muslim dan (alm). Fuad Zain beliau pernah diundang untuk membaca Al-Qur’an di 11 negara Asia Afrika (Arab Saudi, Pakistan, Irak, Iran, Siria, Lebanon, Mesir, Palestina, ALjazair dan Libya) yang berlangsung selepas peristiwa pemberontakan G30 S PKI. Simak perbincangan wartawan CN Ernaz Siswanto, dengan salah satu pendiri Jam’iyatul Qura’ (Organisasi para Qari’ dan penghafal Qur’an), sekaligus salah satu pencetus ide MTQ tingkat international pada Konferensi Islam Asia Afrika tahun 1964, berikut petikannya:

Kiai,bagaimanakah sejarah pendidikan AlQur’an di PIQ?

Sejarah PIQ berawal pada tahun 1960-an. Ada beberapa orang dari masyarakat Singosari berminat untuk belajar kepada saya untuk sekedar bisa baca al-Qur’an, mengerti sedikit bahasa Arab dan mengaji kitab kuning sekedarnya. Setelah merasakan manfaatnya, beberapa orang itu meminta saya untuk diadakan pembinaan baca al-Qur’an dengan lagu sekaligus mengembangkan Bahasa Arab yang telah mereka peroleh sebelumnya. Pada sekitar tahun 1976, mulai ada santri titipan, yang menetap sambil ngawulo  di samping belajar ala kadarnya. Ikut merawat rumah yang merupakan cikal bakal pesantren. Kemudian setelah majelis pengajian berkembang, saya sowan ke KH. Abdul Hamid (Pasuruan) untuk minta do’a. Sebelum berdo’a Kiai Hamid sempat bertanya pada saya: “Berapa hektar tanah pesantrennya wahai Haji Bashori? Saya pun menjawab: “Hanya sekian ratus meter persegi Kiai!” lantas Kiai Hamid pun mengajak berdoa: “al Fatihah lin Nafi’ wal Qabul wal Kamal wal Jamal Al Fatihah….Setelah itu dimulailah peletakan batu pertama pembangunan gedung PIQ di atas tanah wakaf keluarga pada  tanggal 1 Mei 1978.

Metode mengajar yang antum pakai seperti apa kiai?

Metode yang kita pakai adalah metode penyampaian tartil oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Seperti firman Allah Faidzaa Qara’naahu Fattabi’ Qur’aanahu (apabila telah selesai kami baca (yakni Jibril membacanya) maka ikutilah bacaannya). (Khusus mengenai metode ini para pecinta CN dapat membacanya dalam buku “Metode Jibril Metoda PIQ Singosari bimbingan KHM. Basori Alwi” terbitan Ikatan Alumni PIQ Malang, dan buku “Metode Pengajaran Tartilil Qur’an” oleh HM. Basori Alwi Murtadho” red)

Apakah pada masa ini antusiasme para santri terhadap Qur’an masih tetap tinggi dibandingkan santri terdahulu?

Begini ya, orang-orang dahulu itu meskipun antusiasnya tinggi, namun karena memakai metode yang lama hasil pembelajarannya terbagi menjadi dua. Ada yang bagus-bagus hasilnya, namun ada yang kenyataannya tidak bagus. Sampai pun hafal Qur’an, tapi bacannya itu tidak bagus. Oleh karena itu di sini kebetulan, sudah ada produk-produk kaset berisi metode  bacaan Al-Qur’an.

Jadi kita bisalangsung belajar dari kaset kiai?

Bisa, tapi tentu saja kalau masih awal-awal harus dengan guru, yang pakai kaset itu sudah tingkatan tinggi.

Bagaimana prospek sekolah Qur’an di Indonesia ke depan?

Kalau saya melihat perkembangan saat ini prospeknya itu cukup baik timbul berbagai macam kelompok pengajian Qur’an, yang masing-masing kelompok itu mengembangkan metodenya sendiri-sendiri. Kalau saya melihat antusiasme itu cukup baik.

Menurut Antum, bagaimanakah interaksi kaum Muslim saat ini dengan Qur’an?

Nah ini… bisa dibagi menjadi dua. Pertama, umat Islam yang tidak mendapat pendidikan sejak awal. Mereka mendapatkan pendidikan secara umum, sehingga muncul perusak-perusak agama seperti penyebar paham Liberalisme, termasuk paham Syi’ah, dan Ahmadiyah. Itu umumnya mereka terjerumus kesana akibat salah penafsiran dalam Al-Qur’an. Namun yang di pondok-pondok umumnya selamat. Seperti di PIQ ini di samping belajar Al-Qur’an, ya tafsirnya, bahasanya, juga diajarkan perbedaan paham-paham. Juga pengajian khusus Ahlussunah Wal Jama’ah yang biasanya diajarkan selama Bulan Ramadhan

Berarti PIQ tidak sekedar mempelajari tajwid saja, bahkan Ulumul Qur’an juga diajarkan?

Ya, Ulumul Qur’an juga diajarkan. Biasanya pakai kitab tafsir, seperti Safwatut Tafasir, Rawa’iul Bayan, Tafsir Shawi, Tafsir Jalalain. Di sini ini begini, belajar tafsir itu bukan semua kitab tafsir diajarkan. Tapi diajarkan dulu Bahasa Arab semapai mereka bisa baca kitab. Setelah bisa baca kitab, mengajinya Tafsir Jalalin itu. Dan di kelompok-kelompok masing-masing mempunyai papan tulis. Kelompok itu mengambil satu ayat misalnya, dimusyawarahkan. Muqaranah dari berbagai tafsir yang saya sebutkan tadi. Kemudian besok paginya sekitar jam 5 sampai jam 6, mereka menulis, kita beri kewajiban, dua pertanyaan dan dua jawabannya di papan tulis. Sebagiannya mengkhutbahkan, ya supaya mereka bisa bi kalam juga bittahrir. Ini semua untuk jenjang tertinggi.

Bagaimanakah thariqah untuk membangkitkan kecintaan muslim terhadap Qur’an?

Ya itu seperti saat-saat ini. Banyak sebenarnya orang-orang yang dulunya tidak mau membaca Qur’an, bahkan memegangnya pun tidak pernah, namun saat ini mau kembali belajar Al-Qur’an. Satu contoh di sini ada pengajian ibu-ibu perempuan tiap hari Rabu. Kemudian di samping itu ada seminggu tiga kali belajar Al-Qur’an. Semuanya dari luar yang terdiri dari beberapa kelompok. Satu kelompok biasanya tujuh orang. Nah dari sini coba kita lihat antusiasnya itu, masyarakat bertambah. Ya kita hanya bisa sampai ke sebagian masyarakat, kalau sampai keseluruhan ya maklumlah… masih belum.

Apa komentar kiai mengenai pandangan Syi’ah dan Ahmadiyah yang mengatakan Al-Qur’an ini mengalami tahrif  (berubah), bahwa AlQur’an yang sekarang tidak sempurna (kata Syi’ah Itsna Asyariah)?

Tidak benar, yang benar Al-Qur’an itu dipelihara oleh Allah SWT. Segalanya dipelihara. Di dalam firman-Nya Inna nahnu nazalna dzikraa wa inna lahu lahaafidzuun. Tulisannya, bacaannya, pengertiannya dengan tafsir-tafsir sahabat, kemudian timbulnya ulama-ulama Qura’ ulama-ulama ahli hadits, fiqh, semua itu merupakan salah satu wujud penjagaan Allah terhadap Al-Qur’an itu. Jadi tidak mungkin terjadi apa yang diklaim Syi’ah dan Ahmadiyah itu, mereka merusak pengertian.

Lalu bagaimana dengan orang-orang Syi’ah yang tetap bersikukuh bahwa Al-Qur’an mereka secara fisik yang di Iran sama dengan Al-Qur’an umat Islam di seluruh dunia?

Iya.., Nah mereka itu kan bersifat Taqiyah (menyembunyikan kebenaran. Red). Biasanya mereka ketika berkumpul dengan orang-orang seperti kita ini mengaku bahwa Al-Qur’annya sama, mengaku sama dengan ahli sunnah. Tapi nyatanya apa yang ditulis dalam kitab mereka (Al Kafi) itu menyatakan begitu (Qur’an tidak sempurna). Jadi, tidak benar.

Bagaimana prospek PIQ sendiri, apakah ada rencana mau buka cabang selain di Singosari?

PIQ ini sudah banyak cabangnya. Cuma tidak secara struktural. Jadi anak-anak yang dari sini pulang ke rumahnya mendirikan pondok-pondok mereka semua mengkaitkan dengan PIQ. Coba nanti hadir di acara alumni tanggal 6 Mei di Kawedanan. ES

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

RSS
Telegram
WhatsApp