BELUM HAJI SUDAH MABRUR

Aku tinggalkan dua hal yang apabila kamu berpegang teguh dengan dua hal ini, kamu tidak akan sesat selamanya, yaitu : Al-Qur’an dan keluargaku (keturunan Rasul SAW). Al-Qur’an jelas sebagai kitab sucinya umat Islam yang berisi perintah dan larangan bagi orang yang beriman sebagai petunjuk dalam kehidupan dunia untuk meraih kebahagiaan akhirat. Adapun keluarga Nabi SAW adalah ibarat jantung bagi tubuh. Maka, apabila sehat jantung itu, maka sehat pula seluruh bagian tubuh. Oleh karena itu, siapa yang menghargai keluarga Nabi SAW, maka dia akan selamat dunia sampai akhirat.

Rasulullah SAW menggambarkan, “Bintang-bintang yang ada di langit adalah sebagai lambang keamanan bagi penduduk langit. Kalau sudah tidak ada bintang di langit, itu berarti kiamat bagi kehidupan penduduk langit. Keluarga dan keturunanku adalah lambang keamanan di atas bumi. Maka, jika tidak ada keluarga dan keturunanku di muka bumi, maka janji Allah akan datang, yaitu kehancuran bagi kehidupan bumi”. Karenanya semenjak mereka masih ada, kita hargai mereka. Dalam hadith yang lain dikatakan bahwa, “Keluargaku adalah seperti kapal Nabi Nuh as. Siapa yang naik keatasnya, maka dia akan selamat. Siapa yang tidak mau naik, maka dia akan tenggelam”. Inilah pusaka dari Nabi Muhammad SAW yang harus kita jaga bersama. Merekalah yang telah mensyiarkan agama Islam ke seluruh penjuru dunia.

Mencintai keluarga Rasulullah adalah sebagai lambang mencintai Nabi Muhammad SAW, dan mencintai Nabi adalah sebagai tanda mencintai Allah SWT.

Diriwayatkan, seorang yang bernama Abdullah bin Mubarak. Suatu kali dia ingin berhaji dan ziarah ke makam Rasulullah SAW, ia menabung hingga akhirnya cukup bekal untuk berhaji. Dengan mengendarai onta dia berangkat bersama rombongan. Setelah keluar dari batas kota tempat tinggalnya, di tengah perjalanan dia menemui seorang perempuan tua di pinggir jalan tengah mencabuti bulu bangkai ayam.

Abdullah bin Mubarak  lalu turun menghampiri ibu tadi dan berkata, “Bangkai ayam itu haram Bu.” .

Wanita tua itu menjawab, “Hai orang yang mau haji, jangan banyak tanya. Bangkai ini haram bagimu tapi halal bagiku, sudah pergilah jangan hiraukan aku”.

“Ibu, haram itu tidak ada pengkhususan dan pengecualian”.

“Hai, kamu tahu, di rumahku ada empat orang anak yatim yang kelaparan belum makan, tidak ada makanan di rumah, bukankah bangkai ini halal bagi kami?”

Mendengar jawaban demikian, Abdullah bin Mubarak  berpikir, ibu ini berarti punya ilmu.

Ia bertanya, “Ibu siapa ? Ibu itu menjawab, bahwa dirinya Fulanah binti Fulan bin Fulan bin Fulan hingga nasabnya bersambung kepada Sayyidina Hasan bin Fatimah binti Rasululillah SAW. Abdullah bin Mubarak  kaget bukan kepalang.

“Ibu, tinggalkan bangkai ayam itu. Ini seluruh bekalku untuk haji, ada beras, gula, uang dan ontaku bawalah semuanya untuk makan anak-anak ibu”.

Ibu itu menjawab, “Anda kan mau pergi haji dan berziarah ke Rasulullah ?

Abdullah bin Mubarak  menjawab, “Aku mau pergi haji menghadap Ka’bah dan berziarah ke Rasulullah tapi membiarkan Anda cucu beliau makan bangkai. Bagaimana nanti aku dihadapan Allah?, dihadapan Rasulullah nanti di hari kiamat. Lebih baik aku gagal haji yang penting Anda tidak makan bangkai yang haram” Abdullah bin Mubarak menyerahkan seluruh bekalnya dan kembali ke kampungnya.

Kemudian setelah masa Haji selesai, dan seluruh jamaah haji kembali pulang, Abdullah bin Mubarak  mendatangi mereka untuk mengucapkan selamat dalam perjalanan haji mereka. “Mudah-mudahan hajimu di terima Allah”.

Mereka menjawab, “Kamu juga Abdullah bin Mubarak,  mudah-mudahan hajimu diterima Allah”.

Abdullah bin Mubarak  menjawab, “Oh tidak, aku gagal haji”.

“Siapa bilang, saya kan thawaf sama kamu di masjidil Haram Makkah”, sanggah mereka.

Yang lain mengatakan, “wahai Abdullah bin Mubarak , ingatkah kita waktu sa’i bersama ? yang lain mengatakan bahwa mereka bertemu dengan Abdullah bin Mubarak  di ‘Arafah.

Abdullah bin Mubarak  bingung dengan pernyataan semua itu. Apa yang terjadi, pikirnya. Ketika tidur, dia mimpi bertemu dengan Rasulullah SAW dan berkata kepadanya, “Wahai Abdullah bin Mubarak, karena kamu telah membantu dan menyelamatkan anak cucuku, dan menggagalkan haji demi mereka, maka Allah menjadikan yang serupa denganmu para malaikat yang menghajikan kamu setiap tahun dan kamu mendapat pahala haji setiap tahun sampai hari kiamat”.

Inilah bukti kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya. disamping menjaga kitab Suci Al-Qur’an, melaksanakan Syari’at Islam, juga menjaga kehormatan dan kemuliaan  keluarga dan keturunan Rasulullah SAW.

Mereka adalah keluarga Rasulullah SAW yang telah mendapat petunjuk dari Allah SAW dan mereka menjadi orang yang bahagia sampai di akhirat. Mereka telah dinyatakan bersama dengan al-Qur’an. Dan mereka orang-orang yang mulia dunia sampai akhirat. (M. Nawawi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

RSS
Telegram
WhatsApp