MELUSKAN PARADIGMA BARAT TENTANG WANITA
Ali S. Asani, seorang Profesor ahli Bahasa dan Kebudayaan Indo-Muslim di Harvard University, Amerika, sedang menerima jamuan makan malam bersama seorang mahasiswanya di suatu restoran. Undangan itu ia terima setelah sang mahasiswa yang non-muslim meminta bantuannya untuk menerjemahkan naskah-naskah orientalis. Kemudian di sela-sela makannya sang mahasiswa berkata: ”Saya harap Anda tak tersinggung dengan pertanyaan saya yang satu ini, bagaimana mungkin seorang intelektual seperti anda, yang tentu amat rasional dan cerdas, memeluk sebuah agama yang menganjurkan jihad, perang suci, terorisme dan memperbudak wanita serta mengharuskan mereka mandi setelah menstruasi seperti barang yang najis? Tidakkah itu berlebihan? Apakah kalian menganggap menstruasi sebagai hal yang mistik?” …….
Wanita adalah sosok makhluk mulia dalam Islam. Tidak seperti yang selalu dikatakan orang barat bahwa muslim memperlakukan wanita dengan cara yang tidak manusiawi, menganggap mereka sebagai pelayan dan budak seks semata, agama Islam menempatkannya pada posisi yang istimewa. Muslim memperlakukan mereka dengan akhlak yang bijaksana. Lihatlah bagaimana Siti Khadijah, Syarifah Fatimah Az-Zahra dan Sayyidatina Nafisah dijunjung sebagai figur panutan yang memberi arti dan andil besar dalam kehidupan kita sehari-hari. Ibu serta istri para muslim dihargai dan dihormati dengan sebesar-besarnya.
Kembali kepada Ali S. Asani di mejanya, ia kemudian berkata kepada mahasiswanya : ”Agama kami menjunjung tinggi wanita, memakmurkan dan menanggung hak-hak mereka. Haid mereka adalah salah satu bukti kebesaran Tuhannya. Mandi mereka demi menegakkan syariat agama. Jihad kami adalah bekerja keras dan berjuang melawan kebodohan. Dan semua yang telah anda dengar tentang agama dan wanita kami adalah citra yang salah. Jika anda mendapati wanita kami berbuat maksiat maka ia tidak mensyukuri kenikmatan Tuhannya. Dan dengan demikian ia terasing dari agama Islam.” Pada keesokan harinya Ali memberikan kuliah tentang Pengantar Islam dan ia membahas tentang wanita muslim panjang lebar.
Tentu saja orang barat menganggap wanita muslim identik dengan keterbelakangan, kebodohan serta korban gender. Mereka jarang yang mengenyam pendidikan, memiliki kesempatan yang amat kecil untuk berkarir, sehari-hari sibuk di dapur dan menghabiskan waktu mengasuh anak dan melayani suami. Belum lagi ”mandi” yang mereka analogkan dengan predikat kotor. Dr. ’Aidh Abdullah Al-Qarny mengomentari pandangan orang-orang nasrani dengan statemen : ”Mereka adalah kumpulan tanpa pengembala, penumpang tanpa pemandu, perahu tanpa nahkoda, kegelapan yang bertumpuk-tumpuk, karena mereka telah tersesat dari iman, cinta dan ambisi.”
Jika anda seorang wanita muslim, berbanggalah! karena syariat yang demikian inilah yang mengantarkan anda kepada restu Ilahi dan membimbing anda menemukan rahmatNya. Bersyukurlah juga karena menstruasi yang anda alami adalah satu dari ribuan keistimewaan yang dihadiahkan kepada anda. Bukanlah sesuatu yang mudah dan gampang untuk mengatur siklus yang begitu rumit dengan keseimbangan hormon dan anatomis yang terjadi kala haid berlangsung. Sentuhan keajaiban ini adalah haq kebesaran sang Pencipta. Allah mengatur keadaan ini dengan amat rinci dan sempurna. Secara rasional, memang pada dasarnya adalah sama ketika anda berdarah di lengan dan di rahim (menstruasi). Mungkin dasar inilah yang membuat orang barat tak habis berpikir kenapa wanita muslim harus mandi besar setelah menstruasi dan tidak harus mandi jika berdarah di tempat yang lain. Sekarang coba kita telaah lebih ilmiah dan juga mengapa Asani menyebut ”Haid mereka adalah salah satu bukti kebesaran Tuhannya”.
Rahim yang anda miliki merupakan salah satu organ terkokoh yang diciptakan Allah. Dengan ukuran hanya sebesar telor ayam yaitu sekitar 2-3cm3 yang pada saat hamil bisa membesar volumenya hingga 5000cm3atau sekitar 2500 kali lipat. Otot-ototnya yang terdiri dari tiga lapis dan tulang-tulang yang melindunginya begitu kuat sehingga membuat organ ini betul-betul kokoh. Di bagian atas rahim diikat dengan dua saluran yang menghubungkan indung telur dan menghasilkan sel telur dari sisi kiri dan kanan. Melalui saluran inilah sel telur turun dan dilepaskan menuju rahim.
Pada wanita sehat masa subur, terjadi pelepasan sel telur yang telah matang setiap bulannya. Proses ini disebut dengan ovulasi. Tidak seperti yang dikatakan mahasiswa Ali S. Asani bahwa menstruasi hanyalah hal yang wajar, tetapi ini adalah sebuah kebijaksanaan pada level Ilahiah. Kebijaksanaan ini memungkinkan manusia bisa berkembang biak dan selamat dari seleksi alam. Binatang mamalia terdahulu yang memiliki siklus menstruasi tahunan ternyata tak mampu bertahan dalam seleksi alam dan mengalami kepunahan. Terlalu kecil dan sombong bagi kita mengatakan hukum alamlah yang mengatur ketika manusia tak mampu menciptakan satu hormon pun. Jelas ini bukanlah hal biasa saja.
Sebelum sel telur dihasilkan, terjadi keseimbangan hormon dalam tubuh. Hipothalamus (bagian dari otak) mengeluarkan hormon GnRH yang kemudian memacu Hipofisis memproduksi hormon FSH dan LH. Hipofisis adalah pusat pengaturan seluruh kelenjar tubuh dalam otak yang ukurannya sebesar biji kacang. FSH segera memacu calon sel telur menjadi telur yang matang, menghasilkan Estrogen dan membuat dinding rahim menebal, kaya dengan saluran pembuluh darah baru. Keadaan ini dimaksudkan untuk mempersiapkan penanaman calon bayi dalam kandungan. Sementara itu lonjakan hormon LH dalam darah membuat sel telur dilepas ke saluran indung telur sekaligus mengakhiri proses ovulasi.
Sel telur yang sudah dilepas siap menunggu sel sperma untuk dibuahi. Jika dalam waktu 1 x 24 jam tidak ada sel sperma yang membuahi maka sel ini akan segera dibuang ke dalam rahim. Bersamaan dengan itu hormon LH memacu pengeluaran Progesteron yang membuat dinding rahim menjadi lunak. Perlunakan ini membuat pembuluh-pembuluh darah baru mengalami penyempitan dan akhirnya menjadi jaringan mati. Dalam waktu 14 hari setelah kegagalan pembuahan, jaringan yang mati dikeluarkan dari rahim. Proses ini kita kenal dengan menstruasi. Semua pembuluh darah yang rusak, jaringan yang mati, dan lapisan terdalam rahim dibersihkan sehingga rahim menjadi tipis seperti sedia kala. Namun, jika sel telur berhasil dibuahi sperma maka akan terbentuk hormon hCG yang mempertahankan ketebalan rahim untuk menampung dan menyediakan lingkungan yang cocok untuk calon bayi. Hormon ini yang menjadi penentu kehamilan dan biasa ditest melalui tes kencing. Bayangkan, jika satu saja hormon yang terkait tersebut kacau atau jumlahnya tidak sesuai maka menstruasi mustahil dapat terjadi. Semua ini adalah bentuk keajaiban dan tak ada yang tidak mungkin bagi Allah Azza Wa Jalla.
Pandangan rasialis dan merendahkan yang selama ini ditunjukkan kaum nasrani dan dunia barat terhadap wanita muslim tak akan pernah selesai. Semua atribut kaum muslimah dianggap sebagai kebudayaan yang aneh. Mandi setelah haid, junub dan dan mengenakan hijab akan selalu menjadi gurauan dan mistik. Ayah Hariri, seorang muslimah muallaf dari Carolina Amerika, juga mendapat perlakuan yang sangat rasialis diantara temannya. Ia adalah tentara berpangkat sersan yang diterjunkan ke Saudi Arabia dalam suatu operasi bernama badai gurun. Ketika ia akhirnya mengucapkan kalimat syahadat disana dan kemudian mengenakan hijab, teman-temannya selalu berkata : ”kenapa kau kenakan kain lap di kepalamu ?” .
Dalam Islam dikenal dua aturan syar’i beragama. Yang pertama adalah aturan yang diharuskan dan bisa kita cari rasio serta logika yang mendasari. Sebagai contoh kita diharamkam memakan babi. Setelah diteliti ternyata babi seringkali mengandung Taenia solium, yaitu suatu cacing pita yang jika menginfeksi manusia dapat menimbulkan penyakit Taeniasis atau Cysticercosis. Penyakit ini dapat menyebabkan kerusakan otak dan berakhir dengan koma. Selain itu daging babi mengandung asam lemak jenuh yang memudahkan predileksi penyakit koroner, stroke dan kelainan pembuluh darah lainnya.
Yang kedua adalah peraturan yang tidak bisa kita temukan dasar logikanya dan hanya Allah saja yang tahu. Sebagai contoh anda diharuskan sholat subuh 2 rakaat dan maghrib 3 rakaat. Haji dengan syarat tawaf 7 kali dan sa’i 3 kali. Jumlah bilangan-bilangan ini semua adalah peraturan yang tak bisa kita nalar mengapa harus demikian. Sama halnya dengan mandi besar setelah menstruasi. Meskipun pada dasarnya ia adalah perdarahan biasa namun karena hal ini termasuk dalam peraturan yang kedua maka kita harus menjalaninya. Sebagaimana tersebut dalam surat Al-Maidah ayat 7:
وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَمِيثَاقَهُ الَّذِي وَاثَقَكُمْ بِهِ إِذْ قُلْتُمْ سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ
”Dan ingatlah karunia Allah kepadamu dan perjanjian-Nya yang telah diikat-Nya dengan kamu, ketika kamu mengatakan: “Kami dengar dan kami taati”. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui isi hati (mu).”
Saya pernah mendengar seorang ustad berujar, ketika tak mungkin kita temukan sisi rasional dan logis suatu peraturan agama, itu berarti Allah memang sengaja menguji sebesar apa keimanan kita kepadaNya. Dan sekali lagi iman yang kita miliki menjadi jawaban atas semua hak yang harus kita tunaikan kepadaNya. Dalam suatu hadis disebutkan : ”Sesungguhnya Tuhanmu memiliki hak yang harus kamu tunaikan, dirimu memiliki hak yang harus kamu tunaikan, keluargamu memiliki hak yang harus kamu tunaikan, dan tamumu memiliki hak yang harus kamu tunaikan, maka berikan setiap hak itu kepada yang memilikinya.”
Sudah saatnya bagi anda kaum muslimah menyadari rahasia mukjizat dalam haid anda. Syar’i agama anda telah menempatkan derajat anda jauh diatas wanita-wanita nasrani yang penuh dengan kemaksiatan, kenistaan dan senantiasa tenggelam dalam dosa. Kemuliaan mereka tertumpah, kehormatan rumah tangganya hancur dan sendi-sendi moral terkoyak. Mandi, hijab serta akhlak anda memancarkan pesona yang indah hingga hari akhir.
Nabi Zakaria a.s berusia 120 tahun dan istrinya, Elizabeth −yang sudah menopause− berusia 99 tahun ketika ia mendambakan seorang putra. Namun, mukjizat Allah turun, Elizabeth mengalami haid lagi dan kemudian mengandung Yahya a.s. Yang selama ini mungkin anda anggap sebagai sesuatu yang kotor, hina dan najis ternyata menyimpan sejuta kenikmatan. Maha Besar Allah yang telah menganugerahkan kepada anda mukjizat terselip dalam sesuatu yang hina. Yang tersisa untuk anda saat ini hanyalah kewajiban untuk bersyukur kepadaNya.
Allah memberikan nikmatNya kepada umat manusia agar Dia bisa melihat siapa yang menerimanya dengan baik lalu mensyukuri, menjaga, mengembangkan, serta mengambil dan memberi manfaat darinya. Ia juga ingin melihat siapa pula yang meremehkan, menyia-nyiakan, kufur, mempergunakannya untuk memerangi Dzat Yang memberinya, dan menjadikannya senjata untuk melawan Dzat Yang telah mengaruniakan nikmat itu.
Nikmat-nikmat itu adalah cobaan dan ujian dari Allah. Nikmat-nikmat itu adalah tolok ukur sejauh mana orang-orang mensyukuri atau menginkarinya. Dia SWT mencoba dengan nikmat seperti halnya mencoba dengan bencana. Allah berfirman dalam surat Al-Fajr 15-17 :
فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ (15) وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ
”Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata: ”Tuhanku telah memuliakanku”. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata: ”Tuhanku menghinakanku”. Sekali-kali tidaklah demikian …..” Lalu termasuk golongan yang manakah anda …. ?
dr. A. Anies Shahab