KENAPA SAYA MEMILIH ISLAM?
Kisah petualangan seorang muallaf dari negeri sakura
“ Tidak ada paksaan untuk memasuki agama (Islam) Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui “(Al-Baqarah : 256). Ayat tersebut menunjukan bahwa Islam melarang umatnya memaksa orang lain (non muslim) agar mau memeluk agama Islam karena manusia memang diberi “ kebebasan “ untuk memilih jalan hidupnya.
Sudah jelas bahwa orang-orang non muslim yang memilih untuk memeluk Islam, tidak berdasarkan paksaan ataupun bujuk rayu, melainkan atas kemauan dan kesadarannya sendiri. Adapun orang yang baru masuk/memeluk agama Islam kita sebut dengan Muallaf.
Dengan keyakinan yang begitu kuat dan karena Hidayah Allah SWT mereka dengan rela hati beralih ke jalan yang benar dan diridhoi-Nya, yaitu Islam. Berkenaan dengan hal tersebut diatas, baru-baru ini tepatnya bulan Juli 2003 Kru Cahaya Nabawiy (CN) mendapat undangan dari seorang teman, Bapak cahyo dalam acara syukuran dan kesaksian/ikrar dari seorang muallaf berasal dari negeri Sakura. Jepang yang bernama asli Kaoru Tsuda
Perjalanan hidupnya merupakan suatu kasus yang panjang dan penuh liku-liku. Kaoru merupakan seorang yang bisa dibilang sukses dalam karirnya sebagai seorang pengacara di negerinya. Namun dibalik itu semua ada hal yang menjadi obsesinya yaitu mencari agama yang benar. Dalam rubrik akhbar kali ini CN akan memaparkan pengalaman hidupnya dalam mencari kebenaran dengan gaya bertutur.
Perkenalan saya dengan Islam dimulai sejak 20 tahun yang lalu. Ketika saya masih duduk di bangku kuliah di kota Tokyo. Pertama-tama saya mempelajari berawal dengan mencari beberapa buku-buku dan literatur yang berisi tentang agama Islam. Memang pada mulanya saya menemui kesulitan dalam mendapatkannya, mengingat agama Islam adalah agama yang penganutnya masih minoritas di Jepang, apalagi oleh penduduk asli Jepang. Namun melalui seorang teman, akhirnya saya mendapatkan buku atau literatur tentang agama Islam.
Dalam proses penelitian dan pendalaman tentang agama Islam, saya juga mempelajari agama lain seperti Kristen, Hindhu, Budha dan aliran-aliran agama lainnya. Hal ini saya lakukan agar saya dapat menambah pengetahuan dan wawasan saya mengenai agama. Dalam penelitian saya mengenai agama, saya tidak hanya membaca tetapi saya juga tidak jarang ikut dalam suatu kegiatan keagamaan/ritual yang diadakan oleh komunitas –komunitas tersebut. Sehingga saya juga sering terlibat didalamnya, dan tidak jarang saya masuk ke masjid, gereja atau kuil yang ada di negara saya. Bahkan untuk belajar mengenai hindhu dan budha saya pernah berkunjung ke negeri Srilanka belajar kepada para biksu/pendeta disana.
Dari perjalanan saya dalam mencari agama yang benar , saya mulai pada tahap perbandingan beberapa agama. Sejak itu, saya mulai membanding-bandingkan antara agama yang saya peluk dan ajaran agama yang lain termasuk Islam. Setelah melalui perjalan yang panjang, saya mulai menarik kesimpulan bahwa Islam lebih menarik dan masuk akal. Bahkan ketika saya kuliah di fakultas hukum,saya sempat tertarik ingin belajar tentang hukum Islam dan berencana belajar hukum Islam ke Negara Islam seperti Saudi Arabia, tetapi niat itu tidak kesampaian. Kemudian saya melanjutkan kuliah saya di fakultas hukum dan menjadi seorang pengacara di negeri saya.
Sekitar tahun 1989 saya berkunjung ke pulau Bali. Dalam liburan saya di Bali, barulah saya mengetahui bahwa sebagian penduduk Bali beragama Hindu. Dan dari sini juga saya mendapat informasi bahwa sebenarnya penduduk Indonesia sebagian besar adalah beragama Islam, sehingga timbul niat dan juga keyakinan yang besar dalam hati bahwa suatu saat nanti keingintahuan saya mengenai agama Islam akan terobati di negara yang pernah dijajah oleh negeri asal saya selama kurang lebih 3,5 tahun yaitu negara Indonesia.
Usai berlibur di Bali dan kembali ke negara saya, saya kembali melanjutkan kesibukan saya sebagai seorang pengacara dan memang pada saat itu keingintahuan saya tentang Islam agak berkurang dari seperti biasanya. Namun hal itu tidak berlangsung lama, rasa penasaran tentang ajaran Islam seakan bertambah tatkala saya mempunyai teman baru yang saya dapat melalui internet dan kebetulan teman tersebut dari Indonesia. Melalui teman saya inilah akhirnya saya banyak mengetahui tentang islam karena dari chatting dengannya banyak hal yang saya tanyakan dan bertukar pikiran mengenai apa dan bagaimana agama Islam sebenarnya.
Persahabatan kami semakin lama semakin akrab, dan entah kenapa tiap kali mempelajari agama Islam, ada semacam perasaan sejuk dan tenteram dalam hati ini. Islam lebih masuk akal dalam menjabarkan konsep ketuhanannya. Hingga pada suatu hari, ketika saya ikut bersembahyang di sebuah masjid di negeri saya. Seketika itu, batin saya terguncang hebat dan merasa bahwa Islam adalah agama yang paling murni dan benar adanya.
Ada pelajaran penting yang dapat saya ambil, adalah jika dalam agama lain pada saat kita berdo’a atau bersembayang kita tidak langsung berhadapan dengan tuhan. Akan tetapi cukup melalui seorang pendeta, dimana para jamaah atau pengikut tersebut seakan-akan memandang para pemimpin do’a/pendeta itu adalah wakil dari Tuhan. Sehingga ada kesan bahwa pemimpin itu segalanya dan apa yang dikatakan oleh pemimpin (pendeta, pastur, biksu atau yang lain) tadi selalu benar. Dan juga dapat menentukan apakah dosa seseorang dapat diampuni atau tidak oleh Tuhan.
Lain halnya dengan agama Islam, pemimpin do’a atau Imam (dalam sholat) hanya bertugas memimpin dan membimbing saja, dimana mereka juga ikut berdo’a atau bersembahyang didalamnya. Sang Imam hanyalah mengajak dan membimbing makmum untuk mengerjakan sholat secara bersama-sama dan imam juga melaksanakannya, serta apabila imam tesebut salah, makmum harus mengingatkan. Namun tidak asal mengingatkan, harus ada tata cara yang sudah diatur dalam islam, ini semakin membuat saya tertarik dengan agama Islam.
Berangkat dari ketertarikan ini, saya berkeinginan untuk mengunjungi kota di Saudi Arabia, yang merupakan kota pusat agama Islam yaitu Mekkah dan Madinah. Namun keinginan tersebut terhambat karena saya belum beragama islam, sehingga situasi ini semakin membuat saya semakin tertarik kepada agama Islam.
Dari berbagai peristiwa tersebut, maka semakin bulatlah tekad saya untuk masuk agama Islam. Hati saya sudah mantap. “ Apapun yang terjadi saya harus masuk Islam. “ Mengingat saya mempunyai seorang istri dua orang anak laki-laki dan satu anak perempuan yang beragama lain. Namun demikian, semua itu tidak dapat mengalahkan keteguhan hati saya untuk mengikrarkan diri menjadi hamba Allah dengan memeluk agama Islam yang selama kurang lebih dua puluh tahun saya mempelajarinya.
Dengan kebulatan tekad untuk menjadi pemeluk agama islam, saya memilih negara Indonesia menjadi tempat saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Hal ini dengan pertimbangan bahwa Indonesia adalah suatu negara dengan mayoritas penduduknya adalah penganut agama Islam atu muslim. Dan kebetulan juga saya mempunyai sahabat di Indonesia yang sangat mengerti tentang agama Islam.
Atas pertimbangantersebut saya memutuskan untuk berkunjung ke Indonesia. Ketika keinginan itu saya utarakan kepada kawan saya, ia tampak begitu gembira. Tanpa membuang waktu teman saya memperkenalkan saudaranya yang ada di Pasuruan, sebuah kota kecil yang terletak di Propinsi Jawa Timur. Disini saya dipertemukan dan dikenalkan dengan seorang Ustadz yang nantinya menjadi awal perubahan hidup saya dari yang dulunya penganut agama nenek moyang saya di Jepang, sekarang menjadi pemeluk agama Islam, agama yang paling diridhoi oleh Allah SWT.
Singkat cerita, pada hari Minggu sore 13 Juli 2003 bertempat di rumah seorang kawan bernama bapak Cahyo di kawasan perumahan Sunan Ampel Pasuruan, dengan dibantu seorang penerjemah , Ustadz tersebut yang kemudian saya kenal dengan nama Habib Abu Bakar Hasan Assegaf, membimbing dan menuntun saya dalam mengucapkan dua kalimat syahadat yang merupakan sumpah atau ikar bahwa saya bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad sebagai utusan Allah. Saya merasa bahagia dan bangga bahwa saya seorang Muslim. Kemudian, olehUstadz Habib Abu Bakar saya diberi nama Muhammad Hidayat yang artinya Orang terpuji yang mendapat hidayat dari Allah SWT. Allahu Akbar.
Dan kini setelah memeluk Islam saya akan berusaha menjadi muslim yang bertakwa kepada Allah SWT dan insya Allah akan menjalankan dengan sebaik-baiknya apa yang diturunkan-Nya melalui Rasul-Nya, Muhammad SAW. Serta saya berharap bantuan dan iringan do’a dari seluruh teman baru saya yang hadir menyaksikan saya memeluk Islam dikabulkan oleh Allah azza wajalla. Amin ya robbal alamin.
Hasyim Maghrobiy/A. Imron.